Tidak semua penyakit membutuhkan antibiotik. Ada infeksi yang disebabkan oleh virus, yang justru tidak boleh diobati dengan antibiotik. Di antaranya demam, influenza atau selesma, batuk-pilek, radang tenggorokan, diare singkat tanpa pendarahan, demam berdarah dengue, chikungunya, malaria, dan beberapa infeksi telinga.
- 3 persen atau 180 ribu kasus tuberkulosis multi+-drug resistant (TB-MDR) muncul setiap tahun di Asia Tenggara, menurut catatan WHO. Kasus extra drug resistant (TB-XDR) juga dilaporkan ada di Bangladesh, India, Indonesia, dan Thailand.
- Indonesia menempati peringkat kedelapan dari 27 negara yang paling berisiko tinggi tuberkulosis. Menurut data Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan, Dr Tjandra Yoga Aditama, sampai 4 Maret 2011, dari 8.668 orang positif TB di Indonesia, 266 adalah pasien MDR dan 8 pasien XD.
- 400 juta orang pasien malaria saat ini berisiko mengalami infeksi dengan parasit yang resisten terhadap antimikroba, menurut WHO.
- 87 persen pasien diare dan 994 persen pasien infeksi saluran pernapasan atas di Indonesia, menurut penelitian Prof Iwan Dwi Prahasto, sebenarnya tidak perlu antibiotik.
- 43 persen dari 2.494 individu di masyarakat yang terinfeksi Escherichia coli (E. coli), menurut penelitian Antimicrobial Resistant di Indonesia (AMRIN-Study), tidak mempan diobati dengan antibiotika, seperti ampisilin (34 persen), ko-trimoksazol (29 persen), dan kloramfenikol (25 persen).
- 81 persen dari 781 pasien infeksi Escherichia coli yang dirawat di rumah sakit tidak mempan diobati dengan beberapa jenis antibiotika, seperti ampisilin (73 persen), ko-trimaksazol ( 56 persen), kloramfenikol (43 persen), siprofloksasin (22 persen), dan gentamisin (18 persen).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.